Aimem Jorkav's Seach Engine

Kamis, 08 Juli 2010

Selasa, 06/07/2010 08:27 WIB
Analogi Binatang dengan Manusia Tunjukkan Rendahnya Keadaban Publik
Laurencius Simanjuntak - detikNews

Jakarta - Analogi binatang yang belakangan kerap dipakai oleh para elite dalam menggambarkan realitas kehidupan manusia menunjukkan rendahnya keadaban publik. Tidak adanya pilihan kosa kata lain yang lebih murni dan agung, menunjukkan apresiasi terhadap kemanusiaan semakin rendah.

"Ini menghancurkan keadaban yang dimiliki," kata sastrawan Radhar Panca Dahana saat berbincang dengan detikcom, Senin (5/7/2010).

Sutradara lakon 'Republik Reptil' ini mengatakan, sebagai bangsa yang berbudaya dan kaya akan literatur bahasa yang indah, seharusnya para elite tidak menggunakan analogi binatang-binatang yang melambangkan kelicikan dan kebusukan.

"Mereka tidak terbiasa punya literatur bahasa yang indah, seperti pejabat luar sering menggunakan Shakespeare, kenapa kita tidak menggunakan kata-kata yang berbudaya dari Sutan Takdir dan Rendra," kata dia.

"Kebudayaan itulah yang seharusnya membuat kita kaya," kata dia.

Radhar menilai penggunaan nama-nama binatang cicak, buaya, babi, tikus juga menunjukkan keterpurukan mental dan psikologis suatu bangsa. Sebab, binatang-binatang itu bukan bintang yang dalam fabel bukan mewakili
derajat kemuliaan.
(lrn/nrl) 


GRATIS kaos cantik dan voucher pulsa! ikuti sms berlangganannya, ktk REG DETIK kirim ke 3845 (Telkomsel, Indosat, Three)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar